[ArtikelKeren] HEALTH CONCERNS - Susunan gigi tidak simetris, bertumpuk, atau geligi depan yang menonjol, bisa membuat penampilan kurang menarik. Meski demikian, hampir sebagian besar masalah gigi tidak rata dapat diperbaiki. Tak ada kata terlambat untuk melakukannya.
Merapikan gigi bukan hanya demi penampilan. Jika gigi tidak pas satu dengan yang lain juga dapat menimbulkan masalah dalam pengunyahan sehingga berakibat pada gangguan pencernaan.
Selain itu, gigi yang bertumpuk atau miring akan menyulitkan pembersihan gigi sehingga sisa makanan mudah menempel. Kita pun jadi lebih rentan mengalami gigi berlubang.
Menurut Prof.Eky S.Soeria Soemantri, drg.Sp.Ort (K), sebenarnya tidak ada batasan usia untuk melakukan perawatan ortodonti (ketidakteraturan gigi dan wajah), terutama untuk keluhan gigi tidak rata.
"Bisa dirawat sampai usia berapa pun jika masalahnya adalah gigi yang tidak rata, asalkan giginya dalam kondisi sehat," kata Guru Besar Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran Bandung ini.
Kawat gigi akan memberikan tekanan pada gigi dan secara perlahan akan menggeser gigi ke tempat yang baru. Rahang bereaksi terhadap tekanan dengan mendorong atau menekan tulang di depan gigi yang bergerak, dan membentuk tulang baru di belakangnya.
Sementara itu, jika gigi tidak rata disebabkan karena kelainan rahang, sebaiknya tindakan perawatan ortodonti diberikan sebelum anak memasuki usia pubertas.
Kelainan rahang, misalnya rahang atas terlalu maju atau rahang bawang terlalu maju, membutuhkan tindakan koreksi yang lebih lama. "Perawatan untuk kelainan rahang harus dimulai di usia awal pubertas, yakni pada wanita sekitar usia 9 tahun dan 11 tahun pada anak laki-laki," katanya.
Koreksi rahang bisa dilakukan dengan penggunaan alat khusus untuk mengatur pertumbuhan dan perkembangan rahang.
Pada kasus yang ekstrem dan sudah terlambat ditangani, diperlukan tindakan bedah korektif. Dokter bedah gigi dan mulut akan membuang sebagian tulang kemudian rahang ditempatkan pada posisi yang benar. Sebaliknya, rahang pendek dapat diperpanjang atau dipendekkan untuk mendapatkan estetika dan fungsi wajah yang lebih baik.
"Tindakan operasi ini bisa membuat penampilan sangat berubah," ujarnya.
Meski hasil operasi bisa bagus, tapi menurut Eky tindakan operasi tergolong mahal dan cukup sulit. Di Indonesia juga belum banyak rumah sakit yang bisa melakukannya karena keterbatasan tenaga ahli.
Selain operasi, kelainan rahang juga dapat dikoreksi dengan tindakan kamuflase. "Dalam perawatan ini, gigi dirapihkan sedemikian rupa sehingga rahang tampak normal," ujar Ketua Asosiasi Fakultas Kedokteran Gigi Indonesia ini.
Observasi
Untuk menghindari kelainan susunan gigi, Eky mengajurkan agar orangtua melakukan tindakan observasi saat anak-anak memasuki usia praremaja.
"Meski anak tidak sakit gigi, bawalah ke dokter gigi untuk melihat susunan giginya. Tindakan observasi ini diperlukan untuk menjaga arah tumbuh gigi, apalagi jika ada riwayat susunan gigi orangtua tidak rapi," katanya.
Pemantauan tumbuhnya gigi juga akan mencegah agar setiap kelainan gigi dan rahang tidak berkembang terlalu parah.
"Kelainan rahang bisa terjadi karena faktor keturunan dan juga kebiasaan buruk. Misalnya anak suka mengemut ibu jari sampai besar," katanya.
Merapikan gigi bukan hanya demi penampilan. Jika gigi tidak pas satu dengan yang lain juga dapat menimbulkan masalah dalam pengunyahan sehingga berakibat pada gangguan pencernaan.
Selain itu, gigi yang bertumpuk atau miring akan menyulitkan pembersihan gigi sehingga sisa makanan mudah menempel. Kita pun jadi lebih rentan mengalami gigi berlubang.
Menurut Prof.Eky S.Soeria Soemantri, drg.Sp.Ort (K), sebenarnya tidak ada batasan usia untuk melakukan perawatan ortodonti (ketidakteraturan gigi dan wajah), terutama untuk keluhan gigi tidak rata.
"Bisa dirawat sampai usia berapa pun jika masalahnya adalah gigi yang tidak rata, asalkan giginya dalam kondisi sehat," kata Guru Besar Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran Bandung ini.
Kawat gigi akan memberikan tekanan pada gigi dan secara perlahan akan menggeser gigi ke tempat yang baru. Rahang bereaksi terhadap tekanan dengan mendorong atau menekan tulang di depan gigi yang bergerak, dan membentuk tulang baru di belakangnya.
Sementara itu, jika gigi tidak rata disebabkan karena kelainan rahang, sebaiknya tindakan perawatan ortodonti diberikan sebelum anak memasuki usia pubertas.
Kelainan rahang, misalnya rahang atas terlalu maju atau rahang bawang terlalu maju, membutuhkan tindakan koreksi yang lebih lama. "Perawatan untuk kelainan rahang harus dimulai di usia awal pubertas, yakni pada wanita sekitar usia 9 tahun dan 11 tahun pada anak laki-laki," katanya.
Koreksi rahang bisa dilakukan dengan penggunaan alat khusus untuk mengatur pertumbuhan dan perkembangan rahang.
Pada kasus yang ekstrem dan sudah terlambat ditangani, diperlukan tindakan bedah korektif. Dokter bedah gigi dan mulut akan membuang sebagian tulang kemudian rahang ditempatkan pada posisi yang benar. Sebaliknya, rahang pendek dapat diperpanjang atau dipendekkan untuk mendapatkan estetika dan fungsi wajah yang lebih baik.
"Tindakan operasi ini bisa membuat penampilan sangat berubah," ujarnya.
Meski hasil operasi bisa bagus, tapi menurut Eky tindakan operasi tergolong mahal dan cukup sulit. Di Indonesia juga belum banyak rumah sakit yang bisa melakukannya karena keterbatasan tenaga ahli.
Selain operasi, kelainan rahang juga dapat dikoreksi dengan tindakan kamuflase. "Dalam perawatan ini, gigi dirapihkan sedemikian rupa sehingga rahang tampak normal," ujar Ketua Asosiasi Fakultas Kedokteran Gigi Indonesia ini.
Observasi
Untuk menghindari kelainan susunan gigi, Eky mengajurkan agar orangtua melakukan tindakan observasi saat anak-anak memasuki usia praremaja.
"Meski anak tidak sakit gigi, bawalah ke dokter gigi untuk melihat susunan giginya. Tindakan observasi ini diperlukan untuk menjaga arah tumbuh gigi, apalagi jika ada riwayat susunan gigi orangtua tidak rapi," katanya.
Pemantauan tumbuhnya gigi juga akan mencegah agar setiap kelainan gigi dan rahang tidak berkembang terlalu parah.
"Kelainan rahang bisa terjadi karena faktor keturunan dan juga kebiasaan buruk. Misalnya anak suka mengemut ibu jari sampai besar," katanya.
Sumber : Healthday News
0 komentar :
Posting Komentar
Terima kasih atas partisipasi anda. Semoga hari ini menyenangkan.