Dalam setiap kehidupan, ada kesedihan dan kebahagiaan, ada hari dimana kita kehilangan kepercayaan kita, hari dimana teman kita melawan diri kita sendiri. Tapi hari itu tak akan pernah datang saat kita membela suatu hal yang paling berharga dalam hidup ~ @MotivatorSuper

Sabtu, 14 September 2013

Kesalahan Persepsi Kasus Hamil Kesurupan

Sabtu, September 14, 2013 By Unknown No comments

Oleh : Nelly Sisra


 
Kesalahan Persepsi Kasus Hamil Kesurupan
[ArtikelKeren] OPINI - Subuh belum beranjak jauh, ketika penulis dihubungi salah satu bidan desa, ada pasien hamil mau melahirkan dalam keadaan kejang. Langsung terpikir bahwa ini kasus "Eklamsi".

Penulis menyambar jaket plus jilbab langsung menuju ke desa tersebut yang berjarak setengah jam perjalanan dengan sepeda motor.

Di rumah pasien, telah terdapat tiga orang dukun, perkiraan dari ke tiga dukunpun beraneka ragam, dukun pertama memperkirakan jin penggangu sangkut di tenggorokan sehingga pasien mengorok, dukun kedua memperkirakan ada jin sangkut di jempol kaki sehingga pasien terus-menerus menghentakan kakinya.

Dan dukun ketiga memperkirakan ada yang mengirim guna-guna.

Pada awalnya keluarga pasien menolak untuk dipasang infus, dengan sedikit ancaman bahwa penulis tidak menjamin ibu dan anak bisa selamat bila infus tidak terpasang.

Akhirnya penulis mendapat izin pemasangan infus. Karena ibunya kejang, pemasangan infus perlu waktu lama.

Dukun keempat yang baru saja datang, memperkirakan ada jin yang menyumbat pembuluh darah, sehingga darahnya tak lancar, infusnya susah di pasang. Penulis yang mendengarnya hanya bersabar.

Perlu perjuangan infus terpasang, bolus dan drip diazepam, karena hanya itu yang tersedia di Puskesmas.

Tak lama kemudian, datang dukun kelima, kata si dukun kelima, posisi tidur berlawanan arah dengan arus air.

Tanpa seizin penulis posisi tidur pasien diubah oleh keluarga pasien sehingga infus terlepas.

Keluarga pasien menolak untuk merujuk pasien ke rumah sakit kabupaten, mereka tetap bersikeras, ini karena gangguan jin, dedemit. Gondorowo atau apalah. Sebenarnya penulis kasihan dengan kaum para jin, jin terus yang dikambing hitamkan.

Dengan perjuangan yang alot. Keluarga pasien setuju pasien dirujuk ke kota kabupaten dengan syarat menunggu dukun keenam.

Hari pukul 12.00 WIB, muka penulis sudah kucek, perut kelaparan, ketika dukun keenam datang, sang dukun melarang untuk merujuk pasien pada waktu itu, karena waktunya tidak tepat, waktu yang baik itu di atas pukul 14.00 WIB.

Menimbang sistem rujukan di tempat penulis bertugas menggunakan speed boat kayu sedangkan air sungai di atas pukul14.00 sudah surut. Air yang surut tidak memungkinkan pasien untuk dirujuk.

Penulis sudah capek mendengarnya, penulis panggil semua dukun dan keluarga pasien, penulis minta keluarga pasien menandatangani pernyataan hitam di atas putih, seandainya mereka tetap bersikeras dengan sikap mereka dan terjadi sesuatu yang tidak diingikan, penulis tidak bertanggung jawab.

Syukurlah keluarga pasien menyerah untuk membawa pasien ke kabupaten. Ketika rombongan pasien mau berangkat, datang dukun ketujuh, penulis langsung berkeras, seandainya dukun tersebut mau membantu, sembur air dari jauh saja.

Akhirnya setelah bergulat 6 jam dengan 7 dukun, berangkatlah pasien ke kabupaten dengan keadaan yang masih sering kejang.

Kabar terakhir yang penulis terima, anak sang pasien meninggal dan pasien masuk ICU dalam keadaan koma.

Mungkin, setelah anda membaca ilustrasi kasus di atas, ada berbagai reaksi, sedih atau bisa tertawa. Tidak ada maksud penulis, dengan mengangkat cerita ini untuk mengucilkan peran para dukun.

Sebagai seorang yang mempunyai agama, penulis percaya seratus persen atas adanya jin, untuk penjelasan tentang jin, biarlah pemuka agama yang "original" yang akan menjelaskan.

Tapi untuk kasus ini ada penjelasan ilmiahnya. Apa sebenarnya yang terjadi? Kasus kejang pada kehamilan di dunia kedokteran di sebut dengan eklamsi. Untuk penyebab eklamsi sendiri masih dalam peneitian medis.

Tetapi kasus eklamsi ini meningkat pada ibu hamil yang berusia di bawah 20 tahun dan di atas 35 tahun, tinggal di daerah tropis, ada riwayat eklamsi pada ibu atau nenek penderita, telah didiagnosis menderita diabetes mellitus (kencing manis), hipertensi dan penyakit ginjal, serta kasus meningkat pada kehamilan kembar, mola hidatidosa (kehamilan anggur) dan kasus hidrops fetalis (kematian janin dalam kandungan).

Apakah ada gejala sebelum terjadinya eklamsi ?
Penulis pikir si jin ramah betul, tak kenal tapi mau menegur. Sebelum kejadian eklamsi, ada gejala preeklamsi yang mendahului, preeklamsi ini awalnya ditandai dengan tekanan darah yang meningkat di atas 140 mmhg, terdapat proteinuria (ada protein dalam air kemih), edem (bengkak) pada kaki dan terjadi peningkatan berat badan berlebihan.

Bila penanganan tidak tepat kasus preeklamsi bisa menjadi preeklamsi berat dengan gejala terjadi peningkatan tekanan darah menjadi di atas 160 mmhg yang di sertai dengan oliguria (jarang buang air kecil), ibu merasakan nyeri kepala hebat disertai gangguan penglihatan, nyeri pada epigastrium (ulu hati) serta terdapat edema paru (paru bengkak) dan trombositopenia (trombosi rendah).

Kasus preekalamsi berat inilah yang besar kemungkinan menyebabkan ibu mengalami eklamsi. Apa komplikasi dari eklamsi?

Eklamsi dapat menyebabkan berbagai komplikasi, di antaranya sebagai berikut: Kerusakan ginjal, kerusakan hati, perdarahan otak, kelainan mata, edema paru-paru, sindroma HELLP (haemolysisi, elevated liver enzyme low plate), serta menyebabkan kematian ibu dan anak.

Diperkirakan dari 10 kasus eklamsi, maka akan terdapat 5 kasus kematian anak dan 1 sampai 3 orang ibu yang meninggal. Hal tersebut di ataslah yang membuat jantung tenaga kesehatan ikutan berdentum kencang seperti genderang perang ketika menghadapi kasus eklamsi.

Bagaimana cara pencegahannya? Pada ibu hamil dianjurkan untuk pemeriksaan secara rutin dan teratur untuk menilai secara dini kasus preeklamsi.

Bila ditemukan terjadinya peningkatan tekanan darah selama kehamilan, maka dapat diambil tindakan antisipasi agar ibu hamil tersebut tidak jatuh ke dalam kondisi eklamsi.

Ibu hamil tersebut dianjurkan untuk istirahat, diet tinggi protein, rendah lemak, rendah karbohidrat dan rendah garam serta mencegah penambahan berat badan yang berlebihan.

Semoga tulisan ringan tentang pengalaman penulis di lapangan ini bermanfaat bagi ibu hamil dan kalangan medis yang berada di daerah terpencil.***


Nelly Sisra, Dokter UPT Puskesmas Enok, Indragiri Hilir


Sumber : riaupos.co

0 komentar :

Posting Komentar

Terima kasih atas partisipasi anda. Semoga hari ini menyenangkan.


http://artikelkeren27.blogspot.com/2014/01/hasil-seleksi-cpns-kota-pekanbaru-2013.html

http://artikelkeren27.blogspot.com/2013/12/pengumuman-kelulusan-cpns-kementerian.html


http://artikelkeren27.blogspot.com/2013/12/pengumuman-daftar-nilai-tkd-dan-tkb.html



http://artikelkeren27.blogspot.com/2013/12/pengumuman-daftar-nilai-tkd-dan-tkb.html



http://artikelkeren27.blogspot.com/2013/12/hasil-seleksi-cpns-kabupaten-indragiri.html


http://artikelkeren27.blogspot.com/2013/12/hasil-seleksi-cpns-kabupaten-kuantan.html
http://artikelkeren27.blogspot.com/2013/12/hasil-seleksi-cpns-kabupaten-siak-2013.html










PETUNJUK PENGGUNAAN