Dalam setiap kehidupan, ada kesedihan dan kebahagiaan, ada hari dimana kita kehilangan kepercayaan kita, hari dimana teman kita melawan diri kita sendiri. Tapi hari itu tak akan pernah datang saat kita membela suatu hal yang paling berharga dalam hidup ~ @MotivatorSuper

Kamis, 10 April 2014

Nasib Partai-partai Islam

Kamis, April 10, 2014 By Unknown No comments

Oleh : Iswal Syahri


[ArtikelKeren] OPINI - Keberadaan partai Islam dalam kancah perpolitikan tanah air memiliki sejarah dan dinamika yang cukup panjang, bahkan lebih panjang dari usia negara ini.

Beberapa partai Islam yang muncul pada masa-masa awal kemerdekan hampir dapat dipastikan memiliki keterkaitan sejarah yang cukup kuat dengan keberadaan tokoh-tokoh umat Islam, maupun ormas Islam yang lahir pada masa pergerakan sebelum kemerdekaan.

Saat itu, para tokoh umat Islam dari beragam latar belakang memandang perlu mendirikan partai politik sebagai wadah perjuangan aspirasi umat.

Puncaknya, pada pemilu pertama tahun 1955, partai-partai Islam yang ikut sebagai peserta pemilu saat itu (Masyumi, NU, PSSI, Perti, PPTI dan AKUI) berhasil memperoleh gabungan perolehan suara lebih kurang 43 persen.

Hasil ini dapat dikatakan sebagai hasil yang cukup menggembirakan dalam sejarah keterlibatan partai-partai Islam dalam proses demokrasi.

Walaupun sebenarnya hasil perolehan suara gabungan partai-partai Islam pada pemilu 1955 tersebut juga tidak lantas menjadikan mereka sebagai pemenang mayoritas di parlemen.

Dalam perkembangan selanjutnya, gabungan perolehan suara partai-partai Islam (yang dalam tulisan ini termasuk partai berbasis masa Islam) pada setiap momentum penyelenggaraan pemilu cenderung mengalami penurunan.

Hal ini misalnya terbaca dengan sangat jelas lewat hasil beberapa pemilu yang sudah dilaksanakan di era reformasi. Pada pemilu 1999, tercatat ada 20 partai Islam yang ikut berkompetesi sebagai peserta pemilu.

Dan dari 20 partai Islam tersebut, hanya 10 partai Islam yang berhasil menempatkan wakilnya di parlemen, yaitu PKB, PPP, PAN, PBB, PK, PNU, PP, PPII Masyumi, PSII, dan PKU, yang jumlah gabungan suaranya lebih kurang sebesar 36 persen.

Adapun pada pemilu 2004, terdapat tujuh partai Islam (PPP, PKB, PKS, PAN, PBB, PBR dan PPNUI) yang ikut berpartisipasi sebagai peserta pemilu, dan memperoleh suara lebih kurang 38 persen. Sedangkan pada pemilu 2009, gabungan perolehan suara dari sembilan partai Islam (PKS, PAN, PPP, PKB, PBB, PKNU, PBR, PMB dan PPNUI) yang ikut berpartisipasi sebagai peserta pemilu hanya lebih kurang 29 persen.

Dan dari sembilan partai Islam tersebut, itupun hanya ada empat partai Islam yang berhasil mendapatkan kursi di parlemen (yakni PKS, PAN, PPP dan PKB), yang jumlah suara gabungannya hanya lebih kurang 24 persen.

Fakta-fakta mengenai hasil persentase suara partai-partai Islam pada tiga kali penyelenggaraan pemilu era reformasi ini secara tidak langsung menunjukkan telah terjadi trend penurunan prosentase perolehan suara yang cukup signifikan dari partai-partai Islam secara keseluruhan.

Bahkan kalau menggunakan hasil perolehan suara keseluruhan partai-partai Islam pada pemilu pertama tahun 1955 sebagai parameternya, maka secara umum dapat dikatakan bahwa hasil perolehan suara keseluruhan partai-partai Islam pada pemilu di era reformasi tidak begitu menggembirakan, karena belum bisa melampaui gabungan perolehan suara partai-partai Islam pada pemilu pertama tersebut.

Fenomena mengenai belum signifikannya perolehan suara partai-partai Islam ini seolah-olah ingin menegaskan dua hal.

Pertama, umat Islam di Indonesia yang begitu dominan (mayoritas) secara statistik, belum tentu dominan secara politik.

Kedua, umat Islam tidak selalu memilih partai Islam dalam setiap kesempatan partisipasi politiknya.

Artinya Islam itu sangat luas. Tidak berarti orang yang tidak memilih partai Islam tersebut memiliki kualitas keislaman yang lebih rendah dibandingkan orang-orang yang memilih partai Islam.

Bagaimana pemilu 2014? Dari hasil bacaan dan pengamatan saya selama ini, perolehan suara partai-partai Islam pada pemilu 2014 ini memiliki kemungkinan atau kecenderungan untuk kembali mengalami penurunan.

Ada beberapa faktor mendasar yang menjadi penyebab penurunan tersebut. Pertama, faktor persoalan korupsi yang melibatkan beberapa aktor-aktor partai Islam secara umum.

Hal ini secara nyata dapat menyebabkan umat Islam yang mayoritas ini menjadi tidak lagi peduli dan bersimpati dengan keberadaan partai-partai Islam.

Sebab apabila partai Islam sudah banyak terjangkiti berbagai persoalan, maka secara tidak langsung hal itu juga akan berimbas kepada citra Islam itu sendiri.

Lalu jangan heran, ketika banyak aktor-aktor dari partai Islam sudah terjangkiti persoalan korupsi misalnya, masyarakat tidak segan-segan melecehkan, menghujat, bahkan marah besar, dibandingkan ketika misalnya persoalan korupsi itu dilakukan oleh politisi di luar partai Islam.

Kedua, terjadinya krisis kepercayaan kepada partai politik secara umum. Akibat kinerja partai-partai politik secara umum dinilai buruk oleh masyarakat, maka secara tidak langsung pemilih menjadi kecewa dan kehilangan kepercayaan kepada parta-partai politik yang ada. Ketiga, faktor PKS.

Dalam hal ini, PKS, suka atau tidak, mulai dari pemilu 1999 sampai Pemilu 2004, punya kecenderungan kenaikan perolehan suara yang cukup signifikan. Hal ini secara tidak langsung turut menyumbangkan kontribusi kepada gabungan perolehan suara partai-partai Islam.

Tapi menjelang pemilu 2014 ini, beberapa hasil survei memprediksi PKS akan kehilangan banyak suara. Hal ini tidak terlepas dari beredarnya beberapa kasus ”popular” yang melibatkan beberapa kader PKS.

Keempat, partai-partai Islam belum sepenuhnya mampu melahirkan tokoh-tokoh skala nasional yang mampu memikat simpati masyarakat.

Hal ini menjadi penting mengingat kekuatan politik yang cenderung menjadi penentu utama keberhasilan dalam proses demokrasi hari ini adalah faktor figur (individu-individu) dari partai politik.

Akhirnya, tulisan ini tidaklah bermaksud sebagai hakim di hadapan kita semua. Sebab saya yakin bahwa nasib partai Islam tidak ditentukan oleh indikator perolehan suara semata.

Di samping itu, saya juga yakin bahwa sebagian besar dari kita mungkin ”berpartai” bukanlah semata-mata untuk meraih perolehan suara (kekuasaan).

Semoga pemilu legislatif tahun 2014 ini mampu menghasilkan pemimpin-pemimpin yang amanah, bukan sekadar momentum eforia kekuasaan belaka.***(ak27/DHLR)



Iswal Syahri
Alumnus Program Studi Magister Ilmu Pemerintahan UIR


http://ak27protect.blogspot.com

0 komentar :

Posting Komentar

Terima kasih atas partisipasi anda. Semoga hari ini menyenangkan.


http://artikelkeren27.blogspot.com/2014/01/hasil-seleksi-cpns-kota-pekanbaru-2013.html

http://artikelkeren27.blogspot.com/2013/12/pengumuman-kelulusan-cpns-kementerian.html


http://artikelkeren27.blogspot.com/2013/12/pengumuman-daftar-nilai-tkd-dan-tkb.html



http://artikelkeren27.blogspot.com/2013/12/pengumuman-daftar-nilai-tkd-dan-tkb.html



http://artikelkeren27.blogspot.com/2013/12/hasil-seleksi-cpns-kabupaten-indragiri.html


http://artikelkeren27.blogspot.com/2013/12/hasil-seleksi-cpns-kabupaten-kuantan.html
http://artikelkeren27.blogspot.com/2013/12/hasil-seleksi-cpns-kabupaten-siak-2013.html










PETUNJUK PENGGUNAAN