Dalam setiap kehidupan, ada kesedihan dan kebahagiaan, ada hari dimana kita kehilangan kepercayaan kita, hari dimana teman kita melawan diri kita sendiri. Tapi hari itu tak akan pernah datang saat kita membela suatu hal yang paling berharga dalam hidup ~ @MotivatorSuper

Rabu, 15 Januari 2014

Merkuri Organik dan Penyakit Minamata

Rabu, Januari 15, 2014 By Unknown No comments

Oleh : Adnan Kasry


[ArtikelKeren] OPINI - Sudah agak lama saya mengikuti berbagai hal terkait dengan Penambangan Emas Tanpa Izin (PETI) di ranah Kuantan Singingi dan Solok Selatan.

Beberapa mahasiswa Pascasarjana Ilmu Lingkungan ikut mengangkat fenomena ini dalam memenuhi tugas akademiknya.

Terakhir, saya sangat tertarik pada laporan wartawan Riau Pos Desriandi Chandra tanggal 12 Januari 2013 yang menguraikan cukup terinci terkait PETI, dan sangat sedih atas pernyataan tulus Bupati Kabupaten Kuantan Singingi H Sukarmis yang tak sanggup lagi memberantasnya.

Yang menarik juga, Pemkab Kabupaten Singingi seakan dihadapkan pada dua pilihan, memberantas habis PETI atau menyediakan lapangan pekerjaan.

Tulisan ini saya hidangkan sebagai sumbangan informasi bagi semua pihak yang berpentingan dalam menyelesaikan masalah keberadaan PETI dan dampaknya di Kuansing dan/atau di tempat lain.

Penyakit Aneh
Saya kembali teringat pada Prof Dr dr Harada Masazumi, Guru Besar pada Departemen Kesejahteraan Sosial Universitas Gakuen Kumamoto, Jepang, yang pada tahun 1972 menerbitkan buku karya ilmiah bersejarah Minamata Byo.

Edisi Bahasa Indonesia berjudul Tragedi Minamata tahun 2005 diterbitkan oleh Media Kajian Sulawesi.

Masazumi sebagai peneliti menjelaskan secara terinci terkait dengan penyakit Minamata ini yang intisarinya sebagai berikut.

Munculnya sebuah “Penyakit aneh” bermula pada tanggal 21 April 1956, seorang anak perempuan berumur 5 tahun 11 bulan diperiksa pada Bagian Anak Rumah Sakit Perusahaan Chisso (nama perusahaannya Shin Nihon Chisso Hiryo Kabushiki Kaisha atau New Japan Nitrogenous Fertilizer Inc. sampai tahun 1964).

Pabrik kimia ini berkedudukan di Kota Minamata yang membuang limbah pabriknya ke Teluk Minamata dalam kawasan Laut Shiranui.

Gejala utama yang diderita anak tersebut bersifat neurologik, termasuk adanya kesulitan berjalan dan berbicara, serta kejang-kejang.

Dua hari kemudian, adik perempuannya, 2 tahun 11 bulan, mulai kesulitan berjalan dan menggerakkan tangan dan kakinya, serta mengeluhkan nyeri pada lutut dan jari-jarinya. Kemudian kakak-beradik ini dirawat di rumah sakit.

Selanjutnya, ada anak perempuan lain, 5 tahun 4 bulan, di samping rumah mereka juga memiliki gejala serupa. Dia mengalami gangguan berjalan, berbicara, dan mempergunakan tanggannya.

Direktur Rumah Sakit Hosokawa tempat anak-anak ini dirawat melaporkan bahwa terjadi epidemi suatu penyakit sistem syaraf pusat yang belum diketahui.

Beberapa anak-anak lain juga diketahui menderita gejala penyakit yang serupa. Gejala yang sama ditemukan pada beberapa orang dewasa di desa yang sama.

Tahun 1971, Masazumi dan timnya menemukan bahwa mereka menderita gangguan sensorik, bentangan pandang yang menyempit, dan menurunnya fungsi koordinasi, se-hingga menyimpulkan bahwa semua anggota keluarga mereka terkena dampak dari merkuri metil.

Dapat dipastikan bahwa hal tersebut terjadi karena mereka memakan makanan yang sama (ikan dan kerang-kerangan), dan ini menunjukkan betapa menakutkannya bahaya pencemaran yang diakibatkan oleh polusi lingkungan.

Penyakit Minamata
Bermula dari temuan Douglas Mc Alpine, seorang neurolog asal Inggris mengunjungi Minamata 13-14 Maret 1958 yang melakukan penelitian di Universitas Kumamoto.

Hasil temuannya diumumkan dalam Jurnal Lancet, September 1958. Ini pertama kalinya merkuri organik dicurigai sebagai substansi penyebab penyakit Minamata.

Teori Mc Alpine ini semula mendapat tantangan dari banyak profesor di Jepang. Tetapi, pada pertemuan Kelompok Penelitian Penyakit Minamata tanggal 28 September 1958, Prof Takeuchi melaporkan bahwa hasil temuan patologi pada penyakit Minamata benar-benar cocok dengan kasus keracunan merkuri organik yang dilaporkan oleh Hunter dan Russel, dan bukan penyakit lain.

Keracunan merkuri organik berdasarkan laporan Hunter-Russel, tahun 1937, di mana empat orang Inggris (tiga orang pekerja dan satu orang petugas laboratorium) dari pabrik yang memproduksi merkuri metil iodida, merkuri metil asam nitrat, merkuri metil, asam fosfor, dan zat lainnya yang merupakan desinfektan untuk benih mengalami gejala neorulogis yang berat.

Manifestasi klinisnya sangat khas; semua pasien mengeluhkan mati rasa dan nyeri pada seluruh tungkai, disarthria (gangguan berbicara akibat kehilangan kontrol otot), ataksia (tidak teraturnya gerakan otot akibat adanya gangguan pada otak kecil), gangguan pendengaran, dan konstriksi konsentris dari rentangan pandang.

Hunter-Russel yang memberikan campuran merkuri metil kepada tikus dan kera-kera percobaan untuk membuktikan hal tersebut akan menyebabkan neuropati yang sama; kemudian menemukan pasien-pasien tadi mengalami keracunan merkuri metil.

Kumpulan gejala tersebut kemudian dinamakan sindrom Hunter-Russel.

Pada 22 Juli 1959, Kelompok Penelitian Penyakit Minamata menyimpulkan bahwa penyakit Minamata merupakan suatu penyakit neurologis yang disebabkan oleh konsumsi ikan dan kerang-kerangan lokal, dan merkuri telah menarik perhatian besar dengan racun yang telah mencemari ikan dan kerang-kerangan.

Tim Survei Makanan/Penyakit Minamata menyatakan bahwa penyakit Minamata adalah suatu penyakit keracunan yang utamanya mempengaruhi sistem syaraf pusat akibat mengonsumsi ikan dan kerang-kerangan dari Teluk Minamata dan sekitarnya dalam jumlah besar, di mana agen penyebab utamanya adalah semacam campuran merkuri organik.

Jadi dalam hal ini merkuri organik secara resmi diumumkan sebagai substansi penyebab penyakit Minamata. Hasil temuan ini tentu mendapat penolakan dari Chisso karena akan berdampak besar pada kelanjutan operasional pabrik dan menanggung kompensasi yang sangat besar bagi penderita.

Gejala klinis penyakit Minamata pada periode awal adalah penyempitan penglihatan, gangguan sensorik; ataksia (tak teraturnya gerakan otot: adiadochokinese, kesulitan menulis, kesulitan mengencangkan kancing, kesulitan tes jari-jari/jari-hitung); gangguan berbicara, pendengaran, dan berjalan; gemetaran, dan gangguan halus psikitris.

Beberapa karakteristik patologis ditemukan dalam otak. Sedangkan gejala klinis penyakit Minamata bawaan adalah seragam dan tipikal untuk semua penderita.

Tahun 1962 ditemukan lebih dari 80 persen pasien yang diperiksa memiliki kerusakan: gangguan intelegensi, keterbelakangan refleks, berbagai gangguan yang disebabkan serebellium, gejala ekstrapiramidal, disarthria, gejala proksismal, strabismus, salibasi, deformasi tangan dan kaki, dan tumbuhnya difungsi.***(ak27)



Adnan Kasry
Dosen Ilmu Lingkungan Program Pascasarjana Unri


http://ak27protect.blogspot.com

0 komentar :

Posting Komentar

Terima kasih atas partisipasi anda. Semoga hari ini menyenangkan.


http://artikelkeren27.blogspot.com/2014/01/hasil-seleksi-cpns-kota-pekanbaru-2013.html

http://artikelkeren27.blogspot.com/2013/12/pengumuman-kelulusan-cpns-kementerian.html


http://artikelkeren27.blogspot.com/2013/12/pengumuman-daftar-nilai-tkd-dan-tkb.html



http://artikelkeren27.blogspot.com/2013/12/pengumuman-daftar-nilai-tkd-dan-tkb.html



http://artikelkeren27.blogspot.com/2013/12/hasil-seleksi-cpns-kabupaten-indragiri.html


http://artikelkeren27.blogspot.com/2013/12/hasil-seleksi-cpns-kabupaten-kuantan.html
http://artikelkeren27.blogspot.com/2013/12/hasil-seleksi-cpns-kabupaten-siak-2013.html










PETUNJUK PENGGUNAAN