[ArtikelKeren] HEALTH CONCERNS - Terik sinar matahari bisa membuat kulit lebih cepat menua dibanding perkiraan selama ini. Riset terbaru para ilmuwan di University of Michigan Medical School menunjukkan, sejenis sinar ultraviolet (UV) tertentu menstimulasi kerusakan kulit dalam hitungan hari.
Riset yang dipublikasikan dalam JAMA Dermatology ini membuktikan, sinar ultraviolet A1 (UVA1) mempengaruhi kesehatan kulit hingga tingkat molekuler. Hasil temuan ini merekomendasikan pentingnya untuk selalu menggunakan tabir surya, walau hanya terpapar sinar matahari dalam waktu singkat.
Secara khusus, riset bertujuan mengetahui seberapa banyak UVA1 yang dibutuhkan untuk menginduksi penuaan, kerut, dan komplikasi kosmetik lainnya akibat lamanya paparan sinar matahari. Menurut kepala riset, Frank Wang, studi ini merupakan yang pertama menyoroti jenis sinar dan dampaknya bagi kulit.
"Penuaan kuit yang terjadi sejak dini akibat paparan UV, telah mendapat banyak perhatian selama 10 tahun terakhir. Namun fokus riset lebih besar pada UVB, yang menyebabkan kulit terbakar," ujar Wang.
Padahal, jumlah UVB sangat sedikit dalam sinar matahari dengan paparan tertinggi hanya pada tengah hari. Sedangkan sisanya adalah UVA, dengan UVA1 sebagai mayoritas. Sinar UVA1 juga menjadi komponen utama pada pencahayaan untuk tanning.
Dalam riset ini, peneliti menggunakan 22 responden yang melakukan 3 kali penyinaran. Pada tahap pertama, responden mendapat penyinaran UVA1 dengan konsentrasi yang rendah di darah bokong. Selanjutnya diambil contoh kulit di area tersebut untuk diteliti respon molekulernya.
Analisis genetik dilakukan usai paparan kedua dan ketiga. Pada tahap ini konsentrasi UVA1 ditingkatkan, sehingga merangsang diproduksinya molekul untuk memecah kolagen. Kolagen adalah protein yang mempertahankan kemudaan, kekenyalan, dan kehalusan kulit.
Menurut Wang, efek merugikan ini tidak berkurang karena paparan berulang. "Paparan berulang ternyata tidak mengurangi risiko penuan kulit. Selain itu, mild tanning terbukti tidak berefek baik pada kesehatan kulit," ujarnya.
Wang dan timnya mengatakan, hasil riset ini membuktikan diperlukannya bahan tabir surya baru untuk melindungi kulit dari UVA1. Apalagi penggunaan kaca mata dan bahan baju tertentu, terbukti gagal melindungi tubuh dari paparan UVA1.
Sejauh ini bahan tabir surya yang mendapat persetujuan dari U.S. Food and Drug Administration adalah zinc dan avobenzone. Dengan kondisi ini maka dermatologis sebaiknya menyarankan penggunaan tabir surya, yang bisa digunakan setiap hari. (ak27/medicaldaily)
Riset yang dipublikasikan dalam JAMA Dermatology ini membuktikan, sinar ultraviolet A1 (UVA1) mempengaruhi kesehatan kulit hingga tingkat molekuler. Hasil temuan ini merekomendasikan pentingnya untuk selalu menggunakan tabir surya, walau hanya terpapar sinar matahari dalam waktu singkat.
Secara khusus, riset bertujuan mengetahui seberapa banyak UVA1 yang dibutuhkan untuk menginduksi penuaan, kerut, dan komplikasi kosmetik lainnya akibat lamanya paparan sinar matahari. Menurut kepala riset, Frank Wang, studi ini merupakan yang pertama menyoroti jenis sinar dan dampaknya bagi kulit.
"Penuaan kuit yang terjadi sejak dini akibat paparan UV, telah mendapat banyak perhatian selama 10 tahun terakhir. Namun fokus riset lebih besar pada UVB, yang menyebabkan kulit terbakar," ujar Wang.
Padahal, jumlah UVB sangat sedikit dalam sinar matahari dengan paparan tertinggi hanya pada tengah hari. Sedangkan sisanya adalah UVA, dengan UVA1 sebagai mayoritas. Sinar UVA1 juga menjadi komponen utama pada pencahayaan untuk tanning.
Dalam riset ini, peneliti menggunakan 22 responden yang melakukan 3 kali penyinaran. Pada tahap pertama, responden mendapat penyinaran UVA1 dengan konsentrasi yang rendah di darah bokong. Selanjutnya diambil contoh kulit di area tersebut untuk diteliti respon molekulernya.
Analisis genetik dilakukan usai paparan kedua dan ketiga. Pada tahap ini konsentrasi UVA1 ditingkatkan, sehingga merangsang diproduksinya molekul untuk memecah kolagen. Kolagen adalah protein yang mempertahankan kemudaan, kekenyalan, dan kehalusan kulit.
Menurut Wang, efek merugikan ini tidak berkurang karena paparan berulang. "Paparan berulang ternyata tidak mengurangi risiko penuan kulit. Selain itu, mild tanning terbukti tidak berefek baik pada kesehatan kulit," ujarnya.
Wang dan timnya mengatakan, hasil riset ini membuktikan diperlukannya bahan tabir surya baru untuk melindungi kulit dari UVA1. Apalagi penggunaan kaca mata dan bahan baju tertentu, terbukti gagal melindungi tubuh dari paparan UVA1.
Sejauh ini bahan tabir surya yang mendapat persetujuan dari U.S. Food and Drug Administration adalah zinc dan avobenzone. Dengan kondisi ini maka dermatologis sebaiknya menyarankan penggunaan tabir surya, yang bisa digunakan setiap hari. (ak27/medicaldaily)
0 komentar :
Posting Komentar
Terima kasih atas partisipasi anda. Semoga hari ini menyenangkan.