Dalam setiap kehidupan, ada kesedihan dan kebahagiaan, ada hari dimana kita kehilangan kepercayaan kita, hari dimana teman kita melawan diri kita sendiri. Tapi hari itu tak akan pernah datang saat kita membela suatu hal yang paling berharga dalam hidup ~ @MotivatorSuper

Sabtu, 21 Desember 2013

PSN dan Kebangkitan Sastra Nusantara

Sabtu, Desember 21, 2013 By Unknown No comments

Oleh : Fakhrunnas MA Jabbar


[ArtikelKeren] OPINI - Provinsi Riau mendapat kehormatan menjadi tuan rumah Pertemuan Sastrawan Nusantara (PSN) ke-17 yang digelar di Pekanbaru, 19-22 Desember 2013.

Terpilihnya Riau bukan secara tiba-tiba. Pada PSN ke-16 tahun 2011 di Singapura, Riau memang dipilih menjadi tuan rumah setelah mendapat persetujuan lewat telepon dengan Gubernur Riau HM Rusli Zainal —pada masa itu.

Alasan Gubri, momentum itu perlu diambil guna memperkenalkan dan mempromosikan Riau di kawasan Asia Tenggara khususnya kawasan serumpun Melayu.

Apalagi, Riau sejak lama sudah berazam melalui Visi Riau 2020 untuk menjadikan provinsi ini sebagai pusat perekonomian dan pusat kebudayaan Melayu di Asia Tenggara.

Sesuai pertimbangan dalam pengambilan tema PSN kali ini yakni ”Masa Depan Sastra Nusantara: Gagasan dan Cabaran”, momentum penyelenggaraan iven sastra dua tahunan ini menjadi titik kilas-balik kebangkitan sastra nusantara khususnya di kawasan serumpun.

Apalagi, perkembangan sastra di kawasan ini yakni Indonesia, Malaysia, Singapura, Brunei Darussalam, Thailand (Thailand Selatan) dan Filipina (sebagian Filipina Selatan) dalam rentang waktu yang panjang telah mengalami pasang surut sejalan dengan perubahan masa.

Dalam kaitan ini, keberadaan dan perkembangan sastra di masing-masing negara tak dapat dipisahkan dari kebijakan dan politik yang diberlakukan oleh pihak pemerintah setempat. Banyak keputusan dan kebijakan politis yang memberi warna dan arah bagi perjalanan sastra di setiap negara.

Tapi setidak-tidaknya dalam konteks kebudayaan yang luas, momentum PSN XVII dapat menjadi pengingat akan arti serumpun Melayu yang menjadi ikatan bathin antara negara serumun Melayu.

Di sisi lain, kreativitas sastra para sastrawan yang berkarya menurut genre yang dipilihnya (puisi, prosa atau kritik sastra) terus merayap menyelami puncak dan lembah tanpa batas. Para sastrawan tentu saja memiliki kebebasan dalam mengekspresikan diri dengan alasan dan latarbelakang yang amat beragam.

Tanpa diungkapkan, pastilah setiap sastrawan tentu memiliki cita-cita dan obsesi agar karya-karya yang dilahirkan dapat bermakna bagi diri dan lingkungan sosialnya.

Setidak-tidaknya para sastrawan berupaya sekuat hati, tenaga dan pikiran untuk menghasilkan maha-karya (master piece) dengan penuh kejelian mengangkat tema dan isu-isu lokalitas yang menjadi keunggulan karyanya.

Dalam persoalan ide atau gagasan semacam ini sangat berpulang pada para sastrawan itu sendiri. Pilihan-pilihan selalu tersedia di depan mata saat memutuskan untuk berkiprah dan memberi warna dalam kreativitas sastra di Indonesia.

Perkembangan sastra masa kini yang tidak bisa lepas dari perubahan dan perkembangan situasi dan iklim politik yang berlaku di negara masing-masing, sastrawan bergulat dengan karya.

Banyak sastrawan melakukan cara-cara berjuang agar bisa menerobos dinding politik yang tebal. Lebih dari itu, perkembangan ilmu dan teknologi yang bersifat global telah menghadapkan para sastrawan dengan tantangan (cabaran) yang lebih nyata.

Sebutlah perkembangan dunia cyber dan multimedia yang memungkinkan semua orang begitu mudah mengakses sumber data dan informasi atau siapa pun tak bisa mengelak dari serbuan informasi secara bebas dan terbuka. Hal ini secara nyata memunculkan fenomena-fenomena begitu mudahnya tindak plagiasi yang merongrong hak cita (copy right).

Realitas ini telah membenturkan antara nilai atau tradisi lama yang molek dan santun dengan gerusan nilai modernitas yang sulit ditapis.

Boleh jadi hal ini semakin memperjauh jarak kendali antara sastrawan berlainan generasi atau sesama sastrawan di kawasan serumpun Melayu. Padahal keberadaan sastra nusantara sangat memerlukan kepaduan dan persatuan guna mengagungkan kejayaan sastra di masa depan.

PSN ke-17 di Tanah Melayu Riau ini telah berketatapan hati memilih tema besar terkait Masa Depan Sastra: Gagasan dan Cabaran.

Dalam mengelaborasi tema ini, para pembicara yang tampil dalam sebuah sesi seminar sehari bisa berbicara soal banyak hal.

Di antaranya, pewarisan nilai budaya guna memperkokoh semangat persatuan di antara sastrawan di kawasan nusantara, gagasan dan cabaran karya sastra di era multimedia dan penegakan hak cipta dan pemberantasan tindak plagiasi karya sastra.

Begitu pula aspek ekonomi sastrawan dan pemasaran buku sastra dalam era e-sastra dan penghargaan dan apresiasi pemerintah kepada sastrawan nusantara. ***(ak27)



Fakhrunnas MA Jabbar
Budayawan


0 komentar :

Posting Komentar

Terima kasih atas partisipasi anda. Semoga hari ini menyenangkan.


http://artikelkeren27.blogspot.com/2014/01/hasil-seleksi-cpns-kota-pekanbaru-2013.html

http://artikelkeren27.blogspot.com/2013/12/pengumuman-kelulusan-cpns-kementerian.html


http://artikelkeren27.blogspot.com/2013/12/pengumuman-daftar-nilai-tkd-dan-tkb.html



http://artikelkeren27.blogspot.com/2013/12/pengumuman-daftar-nilai-tkd-dan-tkb.html



http://artikelkeren27.blogspot.com/2013/12/hasil-seleksi-cpns-kabupaten-indragiri.html


http://artikelkeren27.blogspot.com/2013/12/hasil-seleksi-cpns-kabupaten-kuantan.html
http://artikelkeren27.blogspot.com/2013/12/hasil-seleksi-cpns-kabupaten-siak-2013.html










PETUNJUK PENGGUNAAN