PEKANBARU [ArtikelKeren] NEWS - Pemerintah Provinsi Riau masih menggali informasi mengenai siklus banjir besar yang mengancam beberapa daerah di bumi Melayu Lancang Kuning.
Ini diperlukan untuk menjadi bahan pertimbangan dalam mengambil langkah antisipasi ancaman bencana alam tersebut. Salah satu yang menjadi perhatian adalah siklus banjir besar dan pasang keling. Kondisi itu dikhawatirkan dapat berpengaruh pada kondisi banjir yang masih melanda beberapa daerah di Riau.
‘’Ya memang ada siklus banjir. Informasinya siklus itu terdiri dari satu tahun, lima tahun, 10 tahun, 20 tahun dan 50 tahun. Hanya saja, kita belum tahu, apakah masuk tahun ini atau tidak,’’ ujar Kepala Badan Lingkungan Hidup (BLH) Riau, Kasiarudin, kepada Riau Pos di Pekanbaru, kemarin.
Saat ditanyakan mengenai langkah antisipasi yang dilakukan, ia mengatakan, BLH akan melakukan koordinasi dengan pihak terkait. Hasil koordinasi akan dilanjutkan dengan menyurati seluruh pemerintah kabupaten/kota untuk mengantisipasi dampak siklus banjir besar itu.
Sementara itu, pengamat lingkungan Riau Prof Adnan Kasry membenarkan adanya siklus banjir tersebut. Hanya saja, ia mengatakan situasi tersebut tak lagi dapat diprediksi.
‘’Siklus itu terjadi kalau kondisi Daerah Aliran Sungai (DAS) normal. Sekarang kondisinya tak bisa diramal lagi, karena DAS sudah tak normal lagi,’’ ungkapnya.
Kondisi itu kata Adnan karena kondisi sungai di Riau sudah tak proporsional lagi. Ini terlihat dengan pemanfaatan lahan yang dikonversi dan perkembangan HTI di sepanjang sungai sudah semakin marak.
‘’Padahal sesuai aturan, sungai besar sisi kanan dan kirinya sepanjang 100 meter dan sungai kecil 5-7 meter. Kondisinya saat ini semakin memprihatinkan dengan perkembangan sawit dan industri,’’ tutur Adnan.
Dengan pertimbangan itu, siklus banjir tidak lagi dapat diprediksi secara normal. Untuk itu, seluruh pihak terkait diharapkan melakukan pemantauan dan pengawasan guna mengantisipasi hal tersebut. (ak27/rp)
Ini diperlukan untuk menjadi bahan pertimbangan dalam mengambil langkah antisipasi ancaman bencana alam tersebut. Salah satu yang menjadi perhatian adalah siklus banjir besar dan pasang keling. Kondisi itu dikhawatirkan dapat berpengaruh pada kondisi banjir yang masih melanda beberapa daerah di Riau.
‘’Ya memang ada siklus banjir. Informasinya siklus itu terdiri dari satu tahun, lima tahun, 10 tahun, 20 tahun dan 50 tahun. Hanya saja, kita belum tahu, apakah masuk tahun ini atau tidak,’’ ujar Kepala Badan Lingkungan Hidup (BLH) Riau, Kasiarudin, kepada Riau Pos di Pekanbaru, kemarin.
Saat ditanyakan mengenai langkah antisipasi yang dilakukan, ia mengatakan, BLH akan melakukan koordinasi dengan pihak terkait. Hasil koordinasi akan dilanjutkan dengan menyurati seluruh pemerintah kabupaten/kota untuk mengantisipasi dampak siklus banjir besar itu.
Sementara itu, pengamat lingkungan Riau Prof Adnan Kasry membenarkan adanya siklus banjir tersebut. Hanya saja, ia mengatakan situasi tersebut tak lagi dapat diprediksi.
‘’Siklus itu terjadi kalau kondisi Daerah Aliran Sungai (DAS) normal. Sekarang kondisinya tak bisa diramal lagi, karena DAS sudah tak normal lagi,’’ ungkapnya.
Kondisi itu kata Adnan karena kondisi sungai di Riau sudah tak proporsional lagi. Ini terlihat dengan pemanfaatan lahan yang dikonversi dan perkembangan HTI di sepanjang sungai sudah semakin marak.
‘’Padahal sesuai aturan, sungai besar sisi kanan dan kirinya sepanjang 100 meter dan sungai kecil 5-7 meter. Kondisinya saat ini semakin memprihatinkan dengan perkembangan sawit dan industri,’’ tutur Adnan.
Dengan pertimbangan itu, siklus banjir tidak lagi dapat diprediksi secara normal. Untuk itu, seluruh pihak terkait diharapkan melakukan pemantauan dan pengawasan guna mengantisipasi hal tersebut. (ak27/rp)
0 komentar :
Posting Komentar
Terima kasih atas partisipasi anda. Semoga hari ini menyenangkan.