MALANG [ArtikelKeren] NEWS - Sekelompok massa yang mengatasnamakan Aliansi Mahasiswa Anti Kekerasan (AMAK) menggelar aksi demontrasi terkait tewasnya Fikri Dolasmantia Satria, mahasiswa baru Institut Teknologi Nasional (ITN) Malang, saat mengikuti Kemah Bakti Desa (KBD) dan Temu Akrab jurusan Planologi, di Goa Cina, 12 Oktober lalu.
Massa memulai aksinya dengan berorasi di jalan Veteran Malang. Dilanjutkan long march menuju kampus 1 ITN Malang, di Jalan Sigura-gura. Di depan kampus tersebut massa kembali berorasi untuk menyatakan tuntutannya.
"Keterangan saksi dari peserta, acara tersebut (KBD) sudah terjadi tindak kekerasan dan tindak asusila dari panitia penyelenggara, terhadap mahasiswa baru,’’ ujar Lalu Takim Mustakin, Humas Aksi.
Rektor III ITN, I Wayan Mundra yang menemui para demonstran mengakui ada mahasiswa yang tewas saat kegiatan, yang dijadwalkan terlaksana pada 9-13 Oktober silam itu. Tetapi dia menyangkal jika dikatakan ada pembunuhan.
‘’Kalau kelalaian yang berakibat kematian, kita mengakui itu. Tapi kami selesaikan dengan pihak keluarga secara baik-baik dan penuh tanggung jawab. Kami tidak menutup diri terhadap tindak lanjut yang ingin disampaikan atau dilakukan pihak keluarga,’’ jelasnya dihadapan pengunjuk rasa.
Terpisah, Sekretaris Jurusan Teknik Planologi ITN Malang Arief Setiyawan, juga membantah adanya tindak kekerasan dan asusila yang dilakukan panitia terhadap mahasiswa baru. Meski dia juga mengakui, beberapa foto yang beredar di dunia maya itu benar.
Namun mengenai foto tindak asusila, dia mengaku yang ada dalam foto itu bukan mahasiswanya. ‘’Foto yang anak-anak jongkok untuk push up itu benar. Tapi kalau yang foto asusila, bukan mahasiswa kami,’’ tegasnya.
Dia lantas bertutur, dalam KDB itu, memang ada beberapa pos untuk menguji mental, selama perjalanan pulang dari tempat acara, menuju rumah warga, tempat mahasiswa menginap. Menurutnya, pengujian mental tersebut, tidak melibatkan kekerasan fisik. ‘’Tidak ada pemukulan. Hanya saja sempat ada panitia yang mendorong pelan kepala mahasiswa baru,’’ tegasnya.
Meski demikian, pihak kampus telah menjatuhkan sanksi terhadap para panitia yang terlibat. Sebanyak 53 orang panitia, diberikan sanksi. Bentuknya beragam. Tergantung tanggung jawabnya di dalam kepanitiaan.
‘’Ada yang kami skorsing 1 semester, ada yang dibatalkan semua mata kuliahnya, ada yang kami panggil orang tuanya saja,’’ tutur Arief. Hukuman tersebut diberikan, sebagai bentuk tanggung jawab panitia yang lalai, karena tidak jeli, jika ada mahasiswa yang sakit. ‘’Selain itu, Himpunan Mahasiswa Planologi, juga kita bekukan aktifitasnya,’’ pungkasnya. (ak27/jpnn)
Massa memulai aksinya dengan berorasi di jalan Veteran Malang. Dilanjutkan long march menuju kampus 1 ITN Malang, di Jalan Sigura-gura. Di depan kampus tersebut massa kembali berorasi untuk menyatakan tuntutannya.
"Keterangan saksi dari peserta, acara tersebut (KBD) sudah terjadi tindak kekerasan dan tindak asusila dari panitia penyelenggara, terhadap mahasiswa baru,’’ ujar Lalu Takim Mustakin, Humas Aksi.
Rektor III ITN, I Wayan Mundra yang menemui para demonstran mengakui ada mahasiswa yang tewas saat kegiatan, yang dijadwalkan terlaksana pada 9-13 Oktober silam itu. Tetapi dia menyangkal jika dikatakan ada pembunuhan.
‘’Kalau kelalaian yang berakibat kematian, kita mengakui itu. Tapi kami selesaikan dengan pihak keluarga secara baik-baik dan penuh tanggung jawab. Kami tidak menutup diri terhadap tindak lanjut yang ingin disampaikan atau dilakukan pihak keluarga,’’ jelasnya dihadapan pengunjuk rasa.
Terpisah, Sekretaris Jurusan Teknik Planologi ITN Malang Arief Setiyawan, juga membantah adanya tindak kekerasan dan asusila yang dilakukan panitia terhadap mahasiswa baru. Meski dia juga mengakui, beberapa foto yang beredar di dunia maya itu benar.
Namun mengenai foto tindak asusila, dia mengaku yang ada dalam foto itu bukan mahasiswanya. ‘’Foto yang anak-anak jongkok untuk push up itu benar. Tapi kalau yang foto asusila, bukan mahasiswa kami,’’ tegasnya.
Dia lantas bertutur, dalam KDB itu, memang ada beberapa pos untuk menguji mental, selama perjalanan pulang dari tempat acara, menuju rumah warga, tempat mahasiswa menginap. Menurutnya, pengujian mental tersebut, tidak melibatkan kekerasan fisik. ‘’Tidak ada pemukulan. Hanya saja sempat ada panitia yang mendorong pelan kepala mahasiswa baru,’’ tegasnya.
Meski demikian, pihak kampus telah menjatuhkan sanksi terhadap para panitia yang terlibat. Sebanyak 53 orang panitia, diberikan sanksi. Bentuknya beragam. Tergantung tanggung jawabnya di dalam kepanitiaan.
‘’Ada yang kami skorsing 1 semester, ada yang dibatalkan semua mata kuliahnya, ada yang kami panggil orang tuanya saja,’’ tutur Arief. Hukuman tersebut diberikan, sebagai bentuk tanggung jawab panitia yang lalai, karena tidak jeli, jika ada mahasiswa yang sakit. ‘’Selain itu, Himpunan Mahasiswa Planologi, juga kita bekukan aktifitasnya,’’ pungkasnya. (ak27/jpnn)
0 komentar :
Posting Komentar
Terima kasih atas partisipasi anda. Semoga hari ini menyenangkan.