Dalam setiap kehidupan, ada kesedihan dan kebahagiaan, ada hari dimana kita kehilangan kepercayaan kita, hari dimana teman kita melawan diri kita sendiri. Tapi hari itu tak akan pernah datang saat kita membela suatu hal yang paling berharga dalam hidup ~ @MotivatorSuper

Selasa, 24 Desember 2013

Gus Dur, Cak Nun dan Dahlan Iskan

Selasa, Desember 24, 2013 By Unknown No comments

Oleh : Imam Ghozali


[ArtikelKeren] OPINI - Ada tiga santri yang perilakunya mirip dan selalu mengundang kontroversi, yaitu Gus Dur (alm), Cak Nun (Emha Ainun Nadjib) dan Dahlan Iskan.

Kontroversi Gus Dur yaitu pada saat Soeharto berkuasa selalu bersikap oposisi terhadap pemerintahan.

Sehingga berkali-kali ada percobaan pembunuhan terhadapnya oleh pemerintah, anehnya ketika ia lengser ke prabon, Gus Dur orang pertama meminta supaya Soeharto diampuni atau dimaafkan atas kesalahanya.

Salah satu gurauan Gus Dur tentang Soeharto, katanya: Soeharto itu baik lho..walaupun dosanya juga banyak. Artinya Gus Dur memahami bahwa apa yang dilakukan Soeharto karena politik, bukan karena kehendak dia.

Sehingga sedikit pun Gus Dur tidak dendam kepadanya.

Maka hal yang wajar ketika demonstrasi besar-besaran oleh mahasiswa pada tahun1998, Gus Dur termasuk tokoh yang diundang Soeharto yang dimintai pendapat.

Kontroversi kedua ketika reformasi bergulir, Gus Dur bisa bersikap rahmatal lil ‘alamin bagi DPR. Ini suatu yang luar biasa, suara PKB pada Pemilu 1999 hanya mendapat 51 kursi mampu mengantarkan Gus Dur menjadi Presiden RI. Kontroversi ketiga yaitu mengatakan DPR seperti Taman Kanak-kanak (TK).

Ini menjadi perdebatan panas bagi DPR yang merasa dilecehkan oleh ekskutif. Konotasi TK adalah sesuatu yang jelek menurut mereka. Bagi Gus Dur tidak peduli.

Apakah bermaksud hanya untuk bersendau gurau atau memang kenyataan demikian, yang tahu hanya Gus Dur (walaupun sebenarnya Taman Kanak-kanak suatu lembaga pendidikan yang murid-muridnya paling jujur, bersih dan tidak ada rekayasa, iya kan?).

Santri kedua yang bertingkah laku ‘khariqul ‘adat’ yaitu Cak Nun (Emha Ainun Nadjib). Santri yang kuliah hanya satu semester dan tidak betah tinggal di pesantren, namun kenyataan tidak mengurangi kualitas intelektualnya.

Terbukti ketajaman menganalisis masalah sosial dan pertemuan forum ilmiah di kampus mampu memberi pencerahan kepada masyarakat.

Para tokoh sekaliber Amin Rais dan Gus Dur serta tokoh politik lain duduk bersila mendengar ‘tausiah’ Cak Nur. Bersama Kyai Kanjeng, Cak Nun pun telah berkeliling lebih 22 provinsi 376 kabupaten, 1.430 kecamatan dan 1.850 desa di seluruh pelosok nusantara.

Keanehan lain yaitu pada saat para santri senang masuk partai politik, justru dia mengajarkan politik kerakyatan dan kebangsaan, dengan membela hak-hak masyarakat melalui tulisan dan ceramahnya.

Santri ketiga yang bertingkah laku nyleneh dan dikukuhkan oleh Metro Tv dengan gelar baru “Komandan Koboi” yaitu Dahlan Iskan.

Santri satu ini sebagaimana santri lain di pesantren harus bersikap hemat, mandiri dan hidup sederhana, ternyata mampu mempertahankan tradisi tersebut dengan sebaik-baiknya.

Santri yang di pesantren diajarkan untuk ikhlas berbuat dan jangan mengharap imbalan ( ketika ada orang memerlukan bantuan) pun dipraktikan ketika dia disuruh membenahi perusahaan milik BUMD Provinsi Jawa Timur selama sekitar 10 tahun dan juga di PLN dengan tanpa mengambil gaji sebagai haknya.

Ini suatu kontroversi di kalangan masyarakat (karena bertempat tidak pada tempat sewajarnya).

Ini menimbulkan pro dan kontra, ada yang setuju ada yang mengatakan hanya mencari ‘sensasi’ atau ‘pencitraan.’ Tentu apabila ini terjadi pada tempat sewajarnya seperti di lembaga pesantren tidak menimbulkan ‘hentakan sekeras ini’, bahkan hal yang wajar-wajar saja.

Bahkan sampai sekarang pun di pesantren tradisional sangat mudah menemukan santri yang mengabdi di pesantren bertahun-tahun tidak mengharapkan imbalan materi, dan hanya mengharapkan ridha Allah dan berkah dari buya atau ulama setempat.

Perilaku yang dianggap nyeleneh lagi yaitu tidur di rumah petani dan makan dengan lauk seadanya. Ini aneh bagi masyarakat yang sudah terlalu menilai tentang perilaku pejabat berbeda dengan masyarakat biasa.

Padahal makanan khas Indonesia dan itu menjadi kekayaan budaya bangsa ini seperti tempe goreng, sayur bening, ayam gulai dan lain-lain adalah hal yang bisa ditemukan dalam kehidupan sehari-hari.

Jadi, anggapan pejabat yang glamour tidak selalu benar. Imbasnya ada yang melakukan semacam “penolakan” bagi sebagian kalangan yang ingin mempertahankan “status quo” sebagai pejabat yang selalu ingin dihormati dan dilayani.

Namun bagi sebagian lain, ini merupakan tradisi yang baik untuk membangun makna kesamaan derajat agar antara pejabat dan rakyat bisa berkomunikasi dengan baik.

Dengan demikian, perilaku tiga santri tersebut di atas sebenarnya bukan merupakan suatu pecintraan yang dibuat-buat. Ajaran pesantren tentang makna “ikhlas” dalam berbuat dan “pentingnya” menghargai waktu untuk beramal melahirkan kesadaran total untuk berbuat dan mengabdi kepada bangsa dan agama.

Ketiga santri tersebut telah menyadari sabda Nabi SAW bekerjalah seakan-akan kamu hidup 10.00 tahun lagi, dan beribadahlah kamu seakan engkau mati besok” merupakan pedoman dan konsep hidup agar waktu yang sebentar ini bisa menoreh prestasi.

Sebagai penutup, Gus Dur telah meletakan “batu pertama” tentang pentingnya politik dalam mewujudkan kedaulatan rakyat, Cak Nun telah mengajarkan tentang pentingnya kesadaran masyarakat beretika dalam berpolitik, dan sekarang Dahlan Iskan dituntut untuk mengisi ruang yang kosong yaitu berbuat untuk bisa berpolitik secara etis.

Tentu Dahlan Iskan berpolitik etis tidak harus masuk menjadi pengurus partai politik. Konstitusi pun telah mengaturnya tentang hal tersebut.

Saat ini yang diperlukan yaitu produk para pelakunya. Semakin maju bangsa ini dan semakin cerdas masyarakat akan semakin selektif memilih produk yang baik untuk menjadi leader atau pemimpin di masa-masa mendatang.

Hanya pemimpin yang berkualitas yang bisa membawa bangsa ini beradab dan bermartabat.

Apakah Dahlan Iskan mampu mempertahankan status santri yang tetap komitmen membangun nilai-nilai keikhlasan, kemandirian dan keadilan serta mengutamakan profesionalitas?

Atau sebaliknya malah masuk angin karena terpaan “angin pujian” yang datang sangat deras? Kita tidak bisa mengetahuinya. Hanya saja, tidak ada salahnya apabila orang-orang baik untuk bisa memimpin negeri ini, siapapun saja, termasuk Dahlan Iskan. Wassalam.***(ak27)



Imam Ghozali
Mahasiswa S3 UIN Suska Riau


0 komentar :

Posting Komentar

Terima kasih atas partisipasi anda. Semoga hari ini menyenangkan.


http://artikelkeren27.blogspot.com/2014/01/hasil-seleksi-cpns-kota-pekanbaru-2013.html

http://artikelkeren27.blogspot.com/2013/12/pengumuman-kelulusan-cpns-kementerian.html


http://artikelkeren27.blogspot.com/2013/12/pengumuman-daftar-nilai-tkd-dan-tkb.html



http://artikelkeren27.blogspot.com/2013/12/pengumuman-daftar-nilai-tkd-dan-tkb.html



http://artikelkeren27.blogspot.com/2013/12/hasil-seleksi-cpns-kabupaten-indragiri.html


http://artikelkeren27.blogspot.com/2013/12/hasil-seleksi-cpns-kabupaten-kuantan.html
http://artikelkeren27.blogspot.com/2013/12/hasil-seleksi-cpns-kabupaten-siak-2013.html










PETUNJUK PENGGUNAAN