Oleh :
[ArtikelKeren] TAJUK RENCANA - Menjadi juara bisa diraih asal terus berlatih dan berlatih. Namun, mempertahankan juara yang sudah diraih, jauh lebih sulit. Selain cenderung terlena, para pesaing pun akan terus berupaya meraih juara.
Ilustrasi ini tidak saja terjadi dalam olahraga. Dalam pembangunan pun saling berlomba antar-daerah dalam membangun terlihat kentara.
Contoh nyata, apabila satu daerah kabupaten telah mendirikan gedung tertentu dan menjadi kebanggaan daerah, maka daerah lainnya akan cenderung membangun gedung yang sama bahkan dengan ukuran yang lebih besar dan lebih megah.
Targetnya tak jarang hanya sekadar mencari identitas, minimal disebut sebagai daerah pemilik gedung-gedung pemerintahan termegah.
Lalu, apakah gedung-gedung yang dibangun dengan dana besar dan dana itu notabene adalah uang rakyat sudah dikelola dengan baik dan memiliki manfaat langsung pada daerah dan masyarakat? Inilah persoalan yang banyak terjadi. Gedung-gedung megah itu terbiarkan dan berangsur rusak termakan usia.
Di Riau, banyak gedung mewah dan megah yang dibangun, namun setelah selesai ditinggalkan. Sebut saja, aset daerah Riau yang sekarang hampir tinggal sejarah, yakni arena purna-MTQ Riau.
Kawasan yang terletak di Jalan Sudirman Pekanbaru ini, menjadi kebanggaan masyarakat dan bukti sejarah bahwa di bumi Melayu ini pernah dihelat Musabaqoh Tilawatil Quran (MTQ) tingkat nasional.
Akibat tidak mendapatkan perhatian yang baik, akhirnya bangunan-bangunan di kompleks purna-MTQ ini tak lagi bisa diwariskan kepada generasi berikutnya.
Contoh lainnya, stadion utama di kompleks Unri Pekanbaru. Bangunan yang telah menyedut triliunan rupiah ini, telah mencatat sejarah dunia sebagai penyelenggara penyisihan iven sepakbola internasional level Asia.
Suatu prestasi yang membuat kita bangga karena Riau yang dulu sering luput dari perhatian pusat mendadak terkenal hingga ke seluruh dunia.
Sayangnya, saat ini stadion utama nan megah itu, kini terbiarkan tanpa perawatan. Terlepas dari persoalan kontrak kerja Pemprov Riau dengan para kontraktor yang tak kunjung selesai, itu persoalan lain.
Yang nyata, gedung megah itu tak mendapat perhatian dan belum terlihat upaya nyata memberdayakan dan menyelamatkannya.
Ini harus menjadi perhatian. Sudah saatnya, ada badan atau bidang khusus di pemerintahan yang benar-benar konsentrasi mengurus dan ‘’membela’’ aset daerah.
Badan atau bidang khusus inilah yang akan mencarikan solusi bagaimana aset daerah yang ada bisa diberdayakan dan bisa diselamatkan.
Dengan demikian, biaya perawatan yang selama ini sangat besar, akan bisa ditekan karena sudah ada yang bertanggung jawab merawat dan mengelolanya.
Ke depan, pemerintah juga sudah harus memikirkan manfaat jangka panjang setiap akan membangun gedung atau yang lainnya.***(rp)
Ilustrasi ini tidak saja terjadi dalam olahraga. Dalam pembangunan pun saling berlomba antar-daerah dalam membangun terlihat kentara.
Contoh nyata, apabila satu daerah kabupaten telah mendirikan gedung tertentu dan menjadi kebanggaan daerah, maka daerah lainnya akan cenderung membangun gedung yang sama bahkan dengan ukuran yang lebih besar dan lebih megah.
Targetnya tak jarang hanya sekadar mencari identitas, minimal disebut sebagai daerah pemilik gedung-gedung pemerintahan termegah.
Lalu, apakah gedung-gedung yang dibangun dengan dana besar dan dana itu notabene adalah uang rakyat sudah dikelola dengan baik dan memiliki manfaat langsung pada daerah dan masyarakat? Inilah persoalan yang banyak terjadi. Gedung-gedung megah itu terbiarkan dan berangsur rusak termakan usia.
Di Riau, banyak gedung mewah dan megah yang dibangun, namun setelah selesai ditinggalkan. Sebut saja, aset daerah Riau yang sekarang hampir tinggal sejarah, yakni arena purna-MTQ Riau.
Kawasan yang terletak di Jalan Sudirman Pekanbaru ini, menjadi kebanggaan masyarakat dan bukti sejarah bahwa di bumi Melayu ini pernah dihelat Musabaqoh Tilawatil Quran (MTQ) tingkat nasional.
Akibat tidak mendapatkan perhatian yang baik, akhirnya bangunan-bangunan di kompleks purna-MTQ ini tak lagi bisa diwariskan kepada generasi berikutnya.
Contoh lainnya, stadion utama di kompleks Unri Pekanbaru. Bangunan yang telah menyedut triliunan rupiah ini, telah mencatat sejarah dunia sebagai penyelenggara penyisihan iven sepakbola internasional level Asia.
Suatu prestasi yang membuat kita bangga karena Riau yang dulu sering luput dari perhatian pusat mendadak terkenal hingga ke seluruh dunia.
Sayangnya, saat ini stadion utama nan megah itu, kini terbiarkan tanpa perawatan. Terlepas dari persoalan kontrak kerja Pemprov Riau dengan para kontraktor yang tak kunjung selesai, itu persoalan lain.
Yang nyata, gedung megah itu tak mendapat perhatian dan belum terlihat upaya nyata memberdayakan dan menyelamatkannya.
Ini harus menjadi perhatian. Sudah saatnya, ada badan atau bidang khusus di pemerintahan yang benar-benar konsentrasi mengurus dan ‘’membela’’ aset daerah.
Badan atau bidang khusus inilah yang akan mencarikan solusi bagaimana aset daerah yang ada bisa diberdayakan dan bisa diselamatkan.
Dengan demikian, biaya perawatan yang selama ini sangat besar, akan bisa ditekan karena sudah ada yang bertanggung jawab merawat dan mengelolanya.
Ke depan, pemerintah juga sudah harus memikirkan manfaat jangka panjang setiap akan membangun gedung atau yang lainnya.***(rp)
0 komentar :
Posting Komentar
Terima kasih atas partisipasi anda. Semoga hari ini menyenangkan.