[ArtikelKeren] HEALTH CONCERNS - Perayaan Idul Adha identik dengan hidangan serba daging. Lebaran Haji seolah menjadi ujian bagi penderita hipertensi, jantung koroner, atau saluran pembuluh darah yang menjadikan daging sebagai pantangan.
Menurut ahli gizi, Ati Nirwanawati SKM, MARS, tidak masalah bagi penderita hipertensi mengkonsumsi hidangan serba daging. "Tidak masalah mengkonsumsi daging asal tertakar. Selain porsi, perhatikan juga cara memasak, jangan pilih yang bersantan," katanya pada Senin (14/10).
Penderita penyakit hipertensi, kata Ati, sebaiknya makan daging sebanyak 50 gram sekali makan. Porsi ini setara 2-3 tusuk sate tanpa lemak, atau semangkuk kecil gulai tanpa kuah. Porsi 'sekedar icip' inilah yang menjadi batasan konsumsi daging penderita hipertensi.
Ati juga menyarankan penderita memilih cara masak yang berbeda pada tiga kali kesempatan makan. "Kesempatan mengkonsumsi hidangan bersantan cukup satu kali saja. Sisanya pilih hidangan tanpa santan," imbuhnya.
Santan akan menambah hitungan lemak dan kolesterol yang masuk ke dalam tubuh. Ati menyarankan penderita hipertensi memilih hidangan yang dimasak sup atau tongseng. Keduanya memiliki cara masak tanpa santan, yang relatif lebih aman bagi penderita hipertensi. Sedangkan untuk sate, Ati menyarankan penderita hipertensi tidak mengkonsumsi lemak yang ada di dalamnya.
Aturan ini berlaku pada segala jenis daging, baik kambing, sapi, maupun ayam. "Namun budaya kita lebih sering menggunakan kambing untuk gulai atau sate. Akibatnya, daging kambinglah yang kemudian jadi sasaran," kata Ati.
Pemilihan cara memasak dan pembatasan porsi, akan mencegah penyakit hipertensi kembali kambuh. Dengan usaha preventif yang dilakukan, penderita hipertensi tetap dapat menyantap daging di tengah perayaan Idul Adha.
"Kuncinya batasi diri sendiri, karena penderita biasanya tidak tahu kondisi tekanan darahnya saat itu. Kalau tubuh sudah merasa tidak enak sebaiknya segera hentikan konsumsi," kata Ati.
Ia juga menyarankan penderita hipertensi sebaiknya berkonsultasi ke ahli gizi atau dokter gizi, sebelum mengkonsumsi daging.
Menurut ahli gizi, Ati Nirwanawati SKM, MARS, tidak masalah bagi penderita hipertensi mengkonsumsi hidangan serba daging. "Tidak masalah mengkonsumsi daging asal tertakar. Selain porsi, perhatikan juga cara memasak, jangan pilih yang bersantan," katanya pada Senin (14/10).
Penderita penyakit hipertensi, kata Ati, sebaiknya makan daging sebanyak 50 gram sekali makan. Porsi ini setara 2-3 tusuk sate tanpa lemak, atau semangkuk kecil gulai tanpa kuah. Porsi 'sekedar icip' inilah yang menjadi batasan konsumsi daging penderita hipertensi.
Ati juga menyarankan penderita memilih cara masak yang berbeda pada tiga kali kesempatan makan. "Kesempatan mengkonsumsi hidangan bersantan cukup satu kali saja. Sisanya pilih hidangan tanpa santan," imbuhnya.
Santan akan menambah hitungan lemak dan kolesterol yang masuk ke dalam tubuh. Ati menyarankan penderita hipertensi memilih hidangan yang dimasak sup atau tongseng. Keduanya memiliki cara masak tanpa santan, yang relatif lebih aman bagi penderita hipertensi. Sedangkan untuk sate, Ati menyarankan penderita hipertensi tidak mengkonsumsi lemak yang ada di dalamnya.
Aturan ini berlaku pada segala jenis daging, baik kambing, sapi, maupun ayam. "Namun budaya kita lebih sering menggunakan kambing untuk gulai atau sate. Akibatnya, daging kambinglah yang kemudian jadi sasaran," kata Ati.
Pemilihan cara memasak dan pembatasan porsi, akan mencegah penyakit hipertensi kembali kambuh. Dengan usaha preventif yang dilakukan, penderita hipertensi tetap dapat menyantap daging di tengah perayaan Idul Adha.
"Kuncinya batasi diri sendiri, karena penderita biasanya tidak tahu kondisi tekanan darahnya saat itu. Kalau tubuh sudah merasa tidak enak sebaiknya segera hentikan konsumsi," kata Ati.
Ia juga menyarankan penderita hipertensi sebaiknya berkonsultasi ke ahli gizi atau dokter gizi, sebelum mengkonsumsi daging.
Sumber : Healthday News
0 komentar :
Posting Komentar
Terima kasih atas partisipasi anda. Semoga hari ini menyenangkan.