[ArtikelKeren] HEALTH CONCERNS - Aroma keringat ternyata bisa menimbulkan persepsi berbeda bagi orang yang menciumnya. Aroma yang baik menimbulkan kesan positif, sementara bau yang kurang sedap akan mendatangkan kesan negatif.
Hal ini terbukti dari penelitian yang dimuat dalam jurnal PLOSone. Dalam riset terungkap, aroma keringat wanita saat sedang stres bisa menimbulkan kesan negatif. Wanita tersebut bisa dianggap sebagai pribadi yang kurang kompeten dan tidak dipercaya. Aroma keringat saat sedang stres juga berbeda dengan yang timbul usai olahraga atau berada di tempat panas.
"Stres merangsang timbulnya keringat. Aroma keringat akibat stres merupakan salah satu yang terburuk dan bisa terjadi kapan saja. Hal ini bahkan bisa menjadi siklus yag menimbulkan ketidaknyamanan," kata ahli keringat, Dr Susan Biehle-Hulette.
Menurut Susan, penelitian ini merupakan yang pertama menjelaskan dampak sosial dari aroma keringat, meliputi kepercayaan diri dan kompetensi.
Dalam riset ini, tim peneliti mengambil tiga jenis keringat berbeda dari 44 responden. Setelah itu, para panelis diminta menilai bagaimana kesan yang timbul dari aroma yang timbul. Para panelis juga diperlihatkan video saat responden yang terdiri atas para wanita melakukan tugasnya, meliputi pekerjaan kantor, membersihkan rumah, dan mengasuh anak. Para panelis terdiri atas 120 pria dan wanita.
Para responden ditempatkan dalam Trier Social Stress Test. Riset ini meliputi lima menit persiapan bicara, lima menit melakukan mental arithmetic, dan lima menit bicara di depan publik. Sampel keringat diambil tiap kali terjadi perubahan mood pada responden. Usai mengikuti uji stres, responden melakukan 15 menit olahraga untuk mengambil sampel keringat akibat pengerahan tenaga.
Hasilnya, panelis yang mencium aroma keringat karena olahraga merasa wanita tersebut lebih percaya diri dan kompeten. Sementara aroma khas dari wanita yang dalam tekanan disimpulkan sendiri oleh para panelis bahwa responden sedang stres. Video yang ditonton memperkuat kesan tidak percaya diri dan kurang kompeten dari wanita yang sedang dalam tekanan.
Terkait hal ini, Susan menjelaskan, ada tiga penyebab keringat, yaitu kegiatan fisik, panas lingkungan, dan stres. Keringat akibat aktivitas fisik (internal thermal stress) dan panas lingkungan (external thermal stress) diproduksi dari kelenjar keringat eccrine. Sementara keringat akibat stres (emosional) diproduksi dua kelenjar, yaitu eccrine dan apocrine.
Keringat yang berasal dari dua sumber ditambah bakteri yang menempel pada kulit menyebabkan aroma tidak sedap muncul pada wanita yang sedang stres. Hal inilah yang kemudian menimbulkan kesan kurang kompeten dan tidak bisa dipercaya pada wanita.
Hal ini terbukti dari penelitian yang dimuat dalam jurnal PLOSone. Dalam riset terungkap, aroma keringat wanita saat sedang stres bisa menimbulkan kesan negatif. Wanita tersebut bisa dianggap sebagai pribadi yang kurang kompeten dan tidak dipercaya. Aroma keringat saat sedang stres juga berbeda dengan yang timbul usai olahraga atau berada di tempat panas.
"Stres merangsang timbulnya keringat. Aroma keringat akibat stres merupakan salah satu yang terburuk dan bisa terjadi kapan saja. Hal ini bahkan bisa menjadi siklus yag menimbulkan ketidaknyamanan," kata ahli keringat, Dr Susan Biehle-Hulette.
Menurut Susan, penelitian ini merupakan yang pertama menjelaskan dampak sosial dari aroma keringat, meliputi kepercayaan diri dan kompetensi.
Dalam riset ini, tim peneliti mengambil tiga jenis keringat berbeda dari 44 responden. Setelah itu, para panelis diminta menilai bagaimana kesan yang timbul dari aroma yang timbul. Para panelis juga diperlihatkan video saat responden yang terdiri atas para wanita melakukan tugasnya, meliputi pekerjaan kantor, membersihkan rumah, dan mengasuh anak. Para panelis terdiri atas 120 pria dan wanita.
Para responden ditempatkan dalam Trier Social Stress Test. Riset ini meliputi lima menit persiapan bicara, lima menit melakukan mental arithmetic, dan lima menit bicara di depan publik. Sampel keringat diambil tiap kali terjadi perubahan mood pada responden. Usai mengikuti uji stres, responden melakukan 15 menit olahraga untuk mengambil sampel keringat akibat pengerahan tenaga.
Hasilnya, panelis yang mencium aroma keringat karena olahraga merasa wanita tersebut lebih percaya diri dan kompeten. Sementara aroma khas dari wanita yang dalam tekanan disimpulkan sendiri oleh para panelis bahwa responden sedang stres. Video yang ditonton memperkuat kesan tidak percaya diri dan kurang kompeten dari wanita yang sedang dalam tekanan.
Terkait hal ini, Susan menjelaskan, ada tiga penyebab keringat, yaitu kegiatan fisik, panas lingkungan, dan stres. Keringat akibat aktivitas fisik (internal thermal stress) dan panas lingkungan (external thermal stress) diproduksi dari kelenjar keringat eccrine. Sementara keringat akibat stres (emosional) diproduksi dua kelenjar, yaitu eccrine dan apocrine.
Keringat yang berasal dari dua sumber ditambah bakteri yang menempel pada kulit menyebabkan aroma tidak sedap muncul pada wanita yang sedang stres. Hal inilah yang kemudian menimbulkan kesan kurang kompeten dan tidak bisa dipercaya pada wanita.
Sumber : dailymail.co.uk
0 komentar :
Posting Komentar
Terima kasih atas partisipasi anda. Semoga hari ini menyenangkan.