[ArtikelKeren] HEALTH CONCERNS - Obesitas umumnya berhubungan dengan rendahnya keberhasilan terapi kesuburan dengan metode bayi tabung atau in vitro fertilization (IVF). Namun sebuah studi baru menunjukkan, wanita obesitas memiliki peluang hamil yang sama besarnya dengan wanita berberat badan normal, asalkan menggunakan donor sel telur.
Studi sebelumnya menemukan, wanita obesitas cenderung lebih sulit hamil dengan metode IVF. Namun studi tersebut terbatas pada penggunaan sel telur milik sendiri. Sementara studi baru yang dipublikasi dalam jurnal Human Reproduction ini menunjukkan hasil yang berbeda, terutama saat wanita obesitas menggunakan donor sel telur.
Dalam studi baru ini, para peneliti melibatkan lebih dari 4.700 wanita yang juga terlibat dalam studi sebelumnya. Hasilnya, selain memiliki kesempatan hamil yang hampir sama, wanita obesitas yang menggunakan donor sel telur juga memiliki kesempatan melahirkan ataupun risiko keguguran yang hampir sama dengan wanita berberat badan normal.
"Studi ini mengindikasikan, obesitas tidak signifikan mempengaruhi keberhasilan metode IVF, selama menggunakan donor sel telur," ujar ketua peneliti Dr Emily Jungheim, asisten profesor kebidanan di Washington University School of Medicine.
Studi ini, imbuhnya, mendukung agar dokter tidak melarang wanita obesitas untuk melakukan terapi IVF sebagai usaha memperoleh kehamilan. Asalkan wanita obesitas mendapat donor sel telur, maka mereka memiliki kesempatan hamil yang hampir sama dengan wanita berbobot normal.
Diketahui beberapa program IVF memiliki batasan indeks massa tubuh (IMT), sehingga wanita yang IMT-nya melebihi batasan tersebut tidak diperbolehkan untuk mengikutinya. IMT merupakan perkiraan kadar lemak tubuh melalui perbandingan antara tinggi dan berat badan. Orang yang memiliki IMT lebih dari 30 dikategorikan obesitas.
"Peraturan tersebut perlu dikaji ulang," tandas Jungheim.
Secara umum wanita obesitas bisa hamil dengan metode IVF. Bagi mereka yang tidak, para peneliti sedang menelaah kenapa terjadi demikian. Namun mereka yakin, faktor IMT tidak terlibat dalam hal itu.
Studi sebelumnya menemukan, wanita obesitas cenderung lebih sulit hamil dengan metode IVF. Namun studi tersebut terbatas pada penggunaan sel telur milik sendiri. Sementara studi baru yang dipublikasi dalam jurnal Human Reproduction ini menunjukkan hasil yang berbeda, terutama saat wanita obesitas menggunakan donor sel telur.
Dalam studi baru ini, para peneliti melibatkan lebih dari 4.700 wanita yang juga terlibat dalam studi sebelumnya. Hasilnya, selain memiliki kesempatan hamil yang hampir sama, wanita obesitas yang menggunakan donor sel telur juga memiliki kesempatan melahirkan ataupun risiko keguguran yang hampir sama dengan wanita berberat badan normal.
"Studi ini mengindikasikan, obesitas tidak signifikan mempengaruhi keberhasilan metode IVF, selama menggunakan donor sel telur," ujar ketua peneliti Dr Emily Jungheim, asisten profesor kebidanan di Washington University School of Medicine.
Studi ini, imbuhnya, mendukung agar dokter tidak melarang wanita obesitas untuk melakukan terapi IVF sebagai usaha memperoleh kehamilan. Asalkan wanita obesitas mendapat donor sel telur, maka mereka memiliki kesempatan hamil yang hampir sama dengan wanita berbobot normal.
Diketahui beberapa program IVF memiliki batasan indeks massa tubuh (IMT), sehingga wanita yang IMT-nya melebihi batasan tersebut tidak diperbolehkan untuk mengikutinya. IMT merupakan perkiraan kadar lemak tubuh melalui perbandingan antara tinggi dan berat badan. Orang yang memiliki IMT lebih dari 30 dikategorikan obesitas.
"Peraturan tersebut perlu dikaji ulang," tandas Jungheim.
Secara umum wanita obesitas bisa hamil dengan metode IVF. Bagi mereka yang tidak, para peneliti sedang menelaah kenapa terjadi demikian. Namun mereka yakin, faktor IMT tidak terlibat dalam hal itu.
Sumber : Healthday News
0 komentar :
Posting Komentar
Terima kasih atas partisipasi anda. Semoga hari ini menyenangkan.